Artikel Blog

PROGRAM PENDIDIKAN GURU PENGGERAK; IKHTIAR WUJUDKAN PERUBAHAN DUNIA PENDIDIKAN YANG LEBIH BAIK

PROGRAM PENDIDIKAN GURU PENGGERAK; IKHTIAR WUJUDKAN PERUBAHAN DUNIA PENDIDIKAN YANG LEBIH BAIK

(Refleksi Kegiatan Pendidikan Guru Penggerak Angkatan 6 Kabupaten Sidrap)

 

Oleh : ZULKIFLI, S.Pd.I., M.Pd.I.

(Plt. Kepala UPT. SD Negeri 10 Benteng)

 

 

Alhamdulillah Saya merasa sangat berbahagia bisa ditakdirkan menjadi bagian dan berkesempatan mengikuti program Pendidikan Guru Penggerak (PGP) Angkatan 6 Kabupaten Sidenreng Rappang. Dimana kegiatan tersebut merupakan ikhtiar Pemerintah dalam rangka menyiapkan Guru Sebagai agen perubahan sekaligus pemimpin pembelajaran yang nantinya diharapkan mampu menjadi pendorong perubahan dalam dunia pendidikan yang lebih baik dimasa yang akan datang.

Program ini meliputi pelatihan daring, lokakarya, konferensi, dan pendampingan selama 6 bulan bagi calon Guru Penggerak. Selama pelaksanaan program, guru tetap menjalankan tugas mengajarnya sebagai guru.

Pada kegiatan Pendidikan Guru Penggerak, konsep pembelajaran menerapkan langkah atau Alur Belajar MERDEKA yang merupakan akronim dari Mulai dari Diri, Eksplorasi Konsep, Ruang Kolaborasi, Demonstrasi Kontekstual, Elaborasi Pemahaman, Koneksi Antar Materi, dan Aksi Nyata.

Berikut pembahasan masing-masing bagian Alur MERDEKA:

1.    Mulai dari Diri

Pada kegiatan belajar ini, dimana calon guru penggerak melakukan refleksi awal mengenai materi yang akan dibahas. calon guru penggerak akan diberikan pertanyaan pemantik untuk mengetahui sejauh mana pengetahuan awal yang dimiliki oleh calon guru penggerak terhadap materi yang akan di pelajari

2.    Eksplorasi Konsep

Pada tahap eksplorasi konsep, calon guru penggerak akan diminta untuk membaca materi maupun menonton video yang berkaitan dengan materi yang sedang dipelajari. Tujuannya untuk memperdalam atau menguatkan konsep materi yang akan dipelajari.

3.    Ruang Kolaborasi

Dalam ruang kolaborasi terdiri dari 2 sesi: 

a. Ruang kolaborasi kerja kelompok, dimana calon guru penggerak diminta untuk berkolaborasi dengan calon guru penggerak yang lain dalam kegiatan kelompok. Biasanya akan diberikan sebuah tugas untuk didiskusikan dalam kelompok tersebut.

b.    Ruang kolaborasi presentasi kelompok, dimana Hasil kerja kelompok yang telah dibagi akan dipresentasikan dan didiskusikan bersama dengan kelompok lain yang difasilitasi oleh fasilitator.

1.    Demonstrasi Kontekstual

Pada kegiatan demonstrasi kontekstual, dimana calon guru penggerak diminta untuk membuat sebuah rencana penerapan materi yang dipelajari di sekolah. Calon guru penggerak diminta membuat karya sesuai dengan kemampuannya, bisa dengan artikel, video, komik, poster, lagu, puisi, dan sebagainya.

2.    Elaborasi Pemahaman

Pada tahap Elaborasi pemahaman ini, dimana Calon guru penggerak akan diajak untuk berdiskusi bersama instruktur maupun narasumber lain. Dalam kegiatan ini, calon guru penggerak diberikan kesempatan untuk mengajukan pertanyaan dari materi yang belum dipahami.

3.    Koneksi Antar Materi

Dalam kegiatan koneksi antar materi ini, dimana calon guru penggerak diminta untuk membuat kesimpulan dari keseluruhan materi yang sudah dipelajari hari itu. Selain itu mereka juga diminta untuk membuat keterkaitan antara materi hari itu, dengan materi yang sudah dipelajari sebelumnya.

4.    Aksi Nyata

Pada tahap kegiatan aksi nyata, dimana calon guru penggerak akan diminta menerapkan pengetahuan yang diperoleh di kelas, sekolah atau komunitasnya masing-masing.

Sementara itu, modul dan materi yang disajikan pada Pendidikan Guru Penggerak Angkatan 6 ini sebagai berikut:

A.     Modul 1: Paradigma dan Visi Guru Penggerak

  1. Refleksi Filosofi Pendidikan Indonesia - Ki Hajar Dewantara

Pada pembahasan Modul 1.1 ini, terdapat banyak informasi yang Saya dapatkan terkait filosopi pendidikan Ki Hajar Dewantara yang sangat menginspirasi dalam rangka mewujudkan pembelajaran yang bermakna dan yang berpusat pada murid. 

  1. Nilai-nilai dan peran Guru Penggerak

Pada pembahasan materi di dalam modul 1.2 ini terbagi atas 3 hal penting yaitu:

    1. Konsep manusia tergerak,
    2. Konsep manusia bergerak,
    3. Konsep menggerakkan manusia.

Adapun Nilai dari Guru Penggerak terdiri dari 5 (lima) yaitu

a.    Mandiri

b.    Reflektif

c.    Kolaboratif

d.    Inovatif

e.       Berpihak pada Peserta didik.

Nilai-nilai ini diharapkan terus tumbuh dan dilestarikan dalam diri seorang Guru Penggerak. Kelima ini saling mendukung satu dengan lainnya, dan tentunya diharapkan menjadi pedoman berperilaku untuk seorang Guru Penggerak.

Sementara untuk peran guru penggerak juga ada 5 (Lima) yaitu:

a.    Menjadi pemimpin pembelajaran

b.    Mengerakkan komunitas praktisi

c.    Menjadi coach guru lain

d.    Mendorong kolaborasi antar guru

e.    Mewujudkan kepemimpinan murid

Kesemua peran tersebut harus dilakukan dengan berdasarkan pada trilogy Pendidikan menurut KHD yaitu, ing ngarso sang tulodo, ing madya mangun karsa, tut wuri handayani.

  1. Visi Guru Penggerak

Pada materi modul 1.3 ini, Saya mempelajari tentang bagaimana membuat gambaran tentang murid impian. Dimana pada pembelajaran ini dimulai dengan sebuah refleksi pada alur mulai dari diri. Kemudian kita diminta untuk menggambarkan bagaimana murid impian kita di masa yang akan datang dalam kurun waktu 5 atau 10 tahun ke depan.

  1. Membangun budaya positif di sekolah

Pada modul 1.4 ini saya belajar tentang Budaya Positif, dimana pada modul ini saya belajar tentang bagaimana membangun Disiplin Positif, mengetahui Teori Motivasi, bagaimana dengan pemberian Hukuman dan Penghargaan, bagaimana menciptakan Keyakinan Kelas, mengetahui apa saja Kebutuhan Dasar Manusia, dan bagaimana cara penyelesaian masalah menggunakan segitiga Restitusi.

 

B. Modul 2: Praktik Pembelajaran yang Berpihak pada Murid

  1. Pembelajaran berdiferensiasi

Pada pembahasan Modul 2.1 ini saya belajar untuk lebih memperhatikan kemampuan siswa dalam memilih aktivitas belajar yang sesuai dengan gaya belajar yang dimiliki akan membantu menghindarkan siswa dari pengalaman belajar yang kurang tepat, kurang menyenangkan dan kurang berpihak pada murid.

  1. Pembelajaran emosional dan sosial

Pada pembahasan Modul 2.2 ini saya belajar untuk melakukan pendekatan emosional yang dapat mendorong murid menjadi lebih berempati, percaya diri, dan partisipatif dalam setiap kegiatan pembelajaran sehingga lebih optimal dan menimbulkan perasaan senang dan menyenangkan.

  1. Coaching

Pada pembahasan Modul 2.3 ini tentang Coaching yang bertujuan untuk menuntun coachee untuk menemukan ide baru atau solusi untuk mengatasi tantangan yang dihadapi sesuai dengan tujuan yang diinginkannya.

Dalam hal ini, maka tugas coach hanya mengantarkan melalui mendengarkan aktif dan memberikan pertanyaan pertanyaan berbobot agar coachee merefleksikan sendiri tujuan yang ingin dicapai.

Setelah melaksanakan praktik coaching, kegiatan ini mengajarkan saya untuk menjadi pribadi yang lebih bijaksana dan matang sosial emosionalnya. Di sini lah keterampilan sosial emosional serta mindfulness saya praktikkan.

 

C. Modul 3: Pemimpin Pembelajaran dalam Pengembangan Sekolah

  1. Pengambilan keputusan sebagai pemimpin pembelajaran

Pada modul 3.1 ini, materi pembahasan yang Saya pelajari adalah bagaimana pengambilan keputusan merupakan keterampilan yang harus diasah agar semakin baik. Semakin sering kita berlatih menggunakannya, kita akan semakin terampil dalam pengambilan keputusan. Hal yang penting dalam pengambilan keputusan adalah sikap yang bertanggung jawab dan mendasarkan keputusan pada nilai-nilai kebajikan universal.

Setelah saya mempelajari modul ini, maka dalam mengambil sebuah keputusan atau kasus yang terjadi dalam lingkungan sekolah maka Saya akan mengambil keputusan berbasis nilai nilai kebajikan dan menerapkan prinsip moral dalam melakukan pengambilan keputusan. 

  1. Pemimpin dalam pengelolaan sumber daya

Pada modul 3.2 ini, saya jadi tahu bahwa aset sekolah bisa dijadikan modal utama dalam mencapai sebuah visi sekolah dengan sukses. Bagaimana kita bijak dan terampil dalam mengelola aset sekolah dan memanfaatkan sebaik-baiknya secara bijak untuk mendukung pembelajaran yang berpihak pada murid, untuk membantu siswa menemukan kemerdekaan belajarnya, untuk menanamkan karakter mulia dan budi pekerti luhur ada siswa.

Hal lain yang tak kalah menarik, bahwa aset ternyata tak hanya yang bagian dari sekolah yang berwujud, tapi juga yang tak berwujud, aset tak hanya yang ada dalam lingkungan sekolah atau terintegrasi dengan sekolah, tapi lingkungan alam, masyarakat, agama dan budaya, serta politik. 

  1. Pengelolaan program sekolah yang berdampak pada murid

Pada modul 3.3 ini saya juga mempelajari tentang kepemimpinan murid atau sering juga disebut student agency dimana murid mampu berperan sebagai pemimpin dalam pembelajarannya sendiri, murid diberikan kesempatan untuk bisa mengembangkan dirinya sehingga kapasitasnya dalam mengelola pembelajarannya sendiri dapat dimaksimalkan untuk menemukan potensi kepemimpinannya untuk selalu berkembang menjadi lebih baik.

Pada saat peserta didik menjadi pemimpin dalam proses pembelajaran mereka sendiri, secara tidak langsung mereka memiliki suara (voice), pilihan (choice) dan kepemilikan (ownership).